Ini Pola Pengasuhan Anak
secara Tepat
Liputan6.com, Dayton - Pernah kebingungan mengapa anak menjadi
sangat manja, tidak mandiri, dan mau menang sendiri? Apakah kita telah salah
kaprah mendidik anak?
Dikutip
dari laman stasiun WHIO, Selasa (26/1/2016), seorang
dokter keluarga, psikolog, sekaligus penulis bernama Leonard Sax ingin agar
orangtua mengetahui bahwa mereka telah mendidik anak secara salah.
Penulis
buku Boys Adrift dan Girls on the Edge ini
baru saja menulis sebuah buku lagi, The
Collapse of Parenting: How We Hurt our Kids When We Treat them Like Grown-Ups—diterjemahkan
secara bebas demikian “Ambrukya Pengasuhan Orangtua: Bagaimana Kita Menyakiti
Anak Ketika Memperlakukan Mereka Seperti Orang Dewasa.”
Katanya,
“Kebanyakan orangtua di Amerika benar-benar bingung dan jelas salah arah. Ada
pengertian yang amburadul tentang apa yang terlibat dalam pengasuhan orangtua.”
Dalam
bukunya, Sax membeberkan suatu pengalaman di mana orangtua dan anak berusia 6
tahun yang sedang menderita radang tenggorokan datang ke tempat praktiknya.
Ketika
ia berkata, “Berikutnya, saya akan memeriksa tenggorokanmu”, sang ibu malah
meminta izin terlebih dahulu kepada anaknya, “Keberatankah kamu kalau dokter
melihat ke dalam tenggorokanmu sebentar saja, sayang? Sesudah ini kita bisa
mencari es krim.”
Hal itu
menyebabkan sang anak menolak dokter melihat tenggorokannya untuk uji bakteristrep sehingga anak itu terpaksa dipegang
erat agar bisa diuji.
Lanjut
dokter itu, “Itu bukan pertanyaan. Itu adalah kalimat, ‘Bukalah dan
katakan,’Aaa.’”
“Orangtua
tidak sanggup untuk berbicara kepada anak dalam kalimat yang diakhiri dengan
titik. Setiap kalimat malah diakhiri dengan tanda tanya,” lanjutnya.
Menurutnya,
sejumlah pakar pengasuhan menganjurkan orang dewasa bahwa mereka harus
menawarkan pilihan-pilihan kepada anak dan bukannya mengatakan apa yang harus
dilakukan, dan sayangnya orangtua mempercayai mereka.
“Orangtua
sekarang merasa bahwa tugas mereka adalah untuk memberikan apa pun yang diinginkan
seorang anak.” Sebalikya, kata Sax, tugas orangtua adalah untuk mengajarkan
yang benar daripada yang salah, mengajarkan arti kehidupan dan memastikan anak
mereka aman.
“Dalam
melakukan tugas itu, orangtua akan melakukan banyak hal yang tidak disetujui
dan tidak dimengerti anak,” katanya. Terkadang kita harus menjadi orang jahat.
Menurut
Sax, orangtua harus fokus membantu anak untuk mengembangkan sejumlah kemampuan
seperti pengendalian diri, kerendahan hati, dan berhati-hati. Artinya, mereka
memikirkan juga orang selain diri mereka.
Hal-hal
itulah yang menjadi faktor utama keberhasilan masa depan ketika dewasa,
katanya, bukan sekadar pendidikan atau kekayaan.
Sax
mengatakan bahwa inilah generasi orangtua yang
meluangkan lebih banyak waktu mengantarkan anak dari satu kegiatan ekstra
kurikuler ke kegiatan ekstra kurikuler lainnya atau bahkan meluangkan waktu
membuatkan tugas anak-anak mereka.
Ujarnya,
“Tidak ada manfaatnya meluangkan waktu bersama anak kalau diluangkan dengan
cara yang salah.”
Dalam
bukunya, Sax mencontohkan sejumlah penelitian yang mengungkapkan bahwa
kurangnya wibawa orangtua menyebabkan meningkatnya obesitas, semakin banyaknya
anak yang minum obat anti-kecemasan dan kurang perhatian (attention deficit),
menyebabkan anak memiliki budaya kurang menghormati, tampak rentan, dan
anak-anak Amerika tidak lagi berprestasi dalam bidang pendidikan.
Lakukan makan bersama dan
jadikan itu prioritas utama. Katanya,
“Anda harus mengomunikasikan bahwa waktu bersama sebagai orangtua dan anak
lebih penting daripada yang lain-lain.”
Suatu penelitian mengungkapkan bahwa dengan setiap tambahan
kejadian makan bersama sebagai keluarga, semakin berkuranglah anak menyerap
masalah-masalah seperti kecemasan atau melampiaskan masalah, misalnya bolos
sekolah. Hal itu juga membantu anak mengembangkan kebiasaan baik soal gizi
sehingga mengurangi masalah obesitas.
Keluarkan
perangkat elektronik dari kamar tidur. Ini termasuk telepon genggam, komputer,
televisi, dan permainan video. Anak-anak kekurangan tidur secara kronis,
sehingga mengundang perilaku buruk dan bahkan dapat menjadi alasan mengapa anak-anak
mendapat diagnosis kesehatan mental.
Tempatkan layar di ruang bersama dan batasi pemakaiannya.
Generasi ini hidup di dalam dunia maya. Teman online dapat menjadi lebih penting daripada
teman yang ditemui dalam dunia nyata.
Mereka jadi tidak paham caranya berkomunikasi tatap muka atau
memiliki minat dan kegemaran luar ruang.
Permainan video juga mengganti tatanan sambungan kerja otak.
Lagipula, apapun yang mereka unggah secara daring tidak akan pernah pergi.
Pasanglah perangkat lunak semisalMy Mobile Watchdog, yang
membagikan kepada kita setiap foto yang mereka ambil atau unggah.
Ajarkan kerendahan
hati. Berikan
pelajaran yang menunjukkan anak-anak bahwa mereka bukanlah orang paling penting
di dunia. Mereka perlu melihat dunia melalui pandangan pihak lain dan mampu
menangani penolakan ataupun kegagalan. Tidak bisa “semuanya mendapatkan
hadiah.”
Kerja
sama antara sekolah dan orangtua. Jika anak melakukan sesuatu, jangan
mendatangi guru atau pengurus sekolah dengan kecurigaan ataupun rasa tidak
percaya. Kata Sax, “Orangtua bergegas ke sekolah seperti seorang pengacara yang
meminta bukti.” Sebaliknya, tegakkan pelajaran tentang kejujuran dan
integritas. Artinya, seorang anak pintar yang berlaku curang akan mendapatkan
nilai “0”.
Awasi
apa yang mereka lakukan. Anak
remaja 14 tahun tidak boleh pergi pesta besama para mahasiswa atau pergi ke
pantai pada saat libur musim semi. (Libur musim semi di AS kerap diisi dengan
kegembiraan yang tidak pantas untuk anak di bawah umur).
Mereka tidak boleh pergi ke pesta dengan sajian alkohol dan kita
juga tidak memberikannya kepada mereka. Pikirkanlah kemungkinan terburuk semisal
mengemudi selagi mabuk, keracunan alkohol dan
serangan seksual, dan sadarilah bahwa ini semua bukanlah keputusan yang siap
mereka lakukan karena mereka belum dewasa.
Mereka perlu orang dewasa dan itulah kita. Dan bahkan kalau
sesama orangtua merasa tidak masalah dengan sesuatu hal, kita tidak perlu
ikut-ikutan. Kata Sax, “Orangtua lain mungkin tidak menyadari apa yang mereka
lakukan. Itu sebabnya hal-hal yang mereka lakukan tidak memberikan hasil yang
baik.”
Sejumlah hal tersebut, apalagi kalau baru bagi kita atau
keluarga kita, bisa susah dan mungkin sulit diterapkan. Sax menganjurkan
kegigihan dan komitmen. Katanya, “Anak-anak kita akan berterima kasih, mungkin
bukan hari ini atau besok, tapi suatu hari nanti.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar