Tarbiyah.net -
Johal menyamar sebagai orang buta yang memenangkan lotere. Ia ingin mengetahui
siapa yang lebih jujur, apakah orang-orang kaya atau orang-orang miskin. Ia pun
pergi ke lingkungan orang-orang kaya kemudian pergi menemui orang-orang miskin
di pinggir jalan. Sebuah tim kamera tersembunyi merekam percobaan itu.
Siapa yang lebih jujur? Dalam percobaan bertemu dengan dua
orang kaya, keduanya justru berupaya menipu Johal dan membawa lari lotere
tersebut.
Berbeda dengan dua orang kaya tersebut, dua orang miskin yang
Johal temui di pinggir jalan justru dengan jujur membantunya membacakan lotere
tersebut dan memberi ucapan selamat kepada Johal.
Tentu video ini bukan untuk menggeneralisir bahwa orang-orang
kaya itu penipu dan orang-orang miskin itu semuanya jujur. Namun untuk menjadi
pelajaran bagi kita, apakah kita kaya atau miskin, hendaklah kejujuran menjadi
karakter kita. Sebab kejujuran itulah kekayaan yang sebenarnya.
Sungguh benar sabda Rasulullah:
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى
النَّفْسِ
“Kaya sejati itu bukanlah diukur dengan
banyaknya harta. Namun kaya sejati adalah hati yang selalu merasa cukup” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu ia berkata,
قَالَ لِي رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَا
أَبَا ذَرّ أَتَرَى كَثْرَة الْمَال هُوَ الْغِنَى ؟ قُلْت : نَعَمْ . قَالَ : وَتَرَى
قِلَّة الْمَال هُوَ الْفَقْر ؟ قُلْت : نَعَمْ يَا رَسُول اللَّه . قَالَ : إِنَّمَا
الْغِنَى غِنَى الْقَلْب ، وَالْفَقْر فَقْر الْقَلْب
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda kepadaku, “Wahai Abu Dzar, apakah engkau memandang bahwa
banyaknya harta itulah yang disebut kaya?”, Aku menjawab, “Iya”. Beliau
bertanya lagi, “Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta itu berarti
fakir?” Aku menjawab, “Benar.” Lantas beliau pun bersabda, “Sesungguhnya yang
namanya kaya adalah kayanya hati. Sedangkan fakir adalah fakirnya hati.” (HR.
Ibnu Hibban; shahih)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar